Kamis, 20 Januari 2011

lap.ekologi allelopati

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Suatu ekosistem selalu melakukan hubungan interaksi satu sama lain baik bersifat intraspesifik dan interspesifik. Mekanisme ini dilakukan suatu tanaman untuk memperoleh bahan kehidupannya berupa unsure hara yang terdapat di tanah maupun udara, air dan sinar matahari serta ruangan untuk tumbuh dan berkembang. Mekanisme pertahanan diri ini sering merangsang tanaman untuk melakukan suatu metabolisme sekunder yang produknya biasa diendapkan dalam tubuh organ tumbuhan tersebut maupun dieksudat keluar untuk menolak kompetitor lainnya.(Wijayanti,2008)
Mekanisme-mekanisme kompetisi individu dapat dipandang dari dua kategori. Mekanisme-makanisme intrinsic(intrinsic mekanims) berperan dalam organisasi untuk meningkatkan kesempatan-kesempatan untuk bertahan hidup dan berkembang baik. Mekanisme-mekanisme ekstrinsik (ektrinsic mechanisms) berasal dari aktivitas individu dan berperan dalam mengurangi kemampuan kompetisi individu-individu lain. Dikotomi tersebut tidaklah sempurna, tetapi membedakan cara-cara kompetisi secara efektif.(Naughton,1992)
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi antara biokimiawi antara gulma dan pertanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah biji jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel akar dan lain sebagainya.(fp.uns.ac.id)
Beberapa spesies gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya(root exuadates atau lechates). Atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut allelopati dan zat kimianya disebut allelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol.( fp.uns.ac.id)
Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman dan I wayan Sumberartha, 2001 dalam Muhammadiqbal.wordpress.com.(2008)) Sedangkan menurut Odum (1971) dalam muhammadiqbal.wordpress.com(2008) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan
Allelopati memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, untuk itu pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan mengenai allelopati terhadap pertumbuhan dan pekecambahan tanaman jagung dan kacanga ijo.

I.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Pengaruh allelopati tanaman Acacia auriculiformis, Melia azadarach dan Imperanta cyndrica. Terhadap perkecambahan tanaman jagung dan kacang hijau
2. Pengaruh allelopati tanaman Acacia auriculiformis, Melia azadarach dan Imperanta cyndrica .terhadap tanaman tanaman jagung dan kacang hijau.

II. Tinjauan Pustaka
II.1 Interaksi antar spesies
Secara teori, spesies-spesies anggota populasi saling berinteraksi satu dengan lainnya dan membentuk interaksi yang positip, negatif, nol, atau kombinasi yang bentuk interaksi itu gapat dibagi menjadi sembilan tipe, yaitu neutralisme, kompetisi (tipe gangguan langsung), kompetisi(tipe gangguan sumber daya), amensalisme, parasitisme, predasi(pemangsaan), komensalisme, protokooperasi, dan mutualisme(Odum,1993;Gopal dan Bhardwaj,1979 dalam Iriyanto,2006)
Tipe-tipe interaksi dan sifat umum dari spesies anggota populasi yang berinteraksi(iriyanto,2006):

No. Tipe interaksi Lambang spesies sifat Umum dari interaksi
1 2

1 Neutralisme 0 0 Tidak ada spesies atau populasi yang dipengaruhi oleh yang lainnya
2 Kompetisi; tipe gangguan atau campur tangan langsung - - Rintangan atau hambatan secara langsung dari masing-masing spesies oleh yang lainnya
3 Kompetisi; tipe gangguan sumber daya - - Rintangan atau hambatan secara langsung; pada umumnya terjadi ketika persediaan sumber daya alam kurang atau terbatas
4 Amensalisme - 0 Spesies atau populasi pertama dihambat atau dirintangi, sedangkan spesies atau populasi kedua tidak mendapat apa-apa
5 Parasitisme + - Spesies atau populasi pertama adalah parasit yang memperoleh keuntungan, sedangkan spesies kedua adalah inang yang menderita (dirugikan)
6 Predasi (pemangsaan) + - Predator (organisme yang memangsa) mendapat keuntungan, sedangkan prey organisme yang dimangsa menderita (dirugikan)
7 Komensalisme + 0 Spesies pertama sebagai komensal mendapat keuntungan, sedangkan spesies kedua adalah inang yang tidak berakibat apa-apa
8 Prokooperasi + + Interaksi yang menguntungkan kedua belah pihak, tetapi asosiasinya bukan merupakan keharusan
9 Mutualisme + + Interaksi yang menguntungkan kedua belah pihak dan asosiasi ini merupakan keharusan

II. 2 Allelopati

Menurut Teletey (2003),allelopathy merupakan zat yang dikeluarkan oleh tumbuhan yang seringkali memiliki sifat penghambat terhadap pertumbuhan tumbuhan atau tanaman disekitar. Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Anonim, tanpa tahun). Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan saat kemunculan tumbuhan alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C3 atau C4).
Dalam Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) disebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia tersebut dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar, rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan, eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati.

III. Metodologi
III.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di laboratorium biologi dengan waktu pengamatan kurang dari satu bulan. Tepatnya pada tanggal 28 Maret 2008 sampai tanggal 18 April 2008.

III.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini:
 Cawan petri
 Poli bag
 Blender
 Gelas ukur
 Corong
 Pisau
 Penggaris

Bahan yang digunakan pada praktikum ini :
 Acacia auriculiformis,
 Melia azadarach
 Imperanta cyndrica
 Jagung
 Kacang hijau
 Air

III.3 Metode Kerja
a) Pembuatan ekstra mindi, akasia dan imperanta
1. dipotong-potong daun mindi,akasia dan akar pada imperanta hingga kecil untuk menggilingan
2. dimbang potongan daun dan akar masing-masing sebanyak gram.
3. Dibelender potongan daun dengan menggunakan blender dan potongan akar pada penggiling.
4. menyaring ekstra hasil belender
5. Dicampur potongan daun mindi dengan dengan air dengan perbandingan 1:7, 1:14, 1:21 dan kontrol atau (0:0)
6. menyimpan hasil ekstra di dalam kulkas.

b) Memilih bibit untuk biji
1. Direndam Biji jagung dan kacang hijau di dalam air
2. di pilih biji yang baik dengan menggunakan biji besar, tidak rusak dan tidak tenggelam selama perendaman.

c) penanaman dan pengamatan perkecambahan biji
1. menyiapkan cawan petri dan kertas saring sebagai media penanaman.
2. menaburkan benih masing-masing ke dalam empat cawan petri 10 benih.
3. di siram setiap hari 50 ml dengan menggunakan ekstra sesuai dengan perbandingan konsentrasinya (1:7, 1:14 ,

IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1 Hasil Pengamatan
Minggu pertama

Pengamtan (hari) Perkecambahan/ benih
1:7 1:14 1:21 kontrol i 
I 1.8 1.5 1.6 1.7 6.6 1.65
II 1.9 2.08 1.7 1.96 7.64 1.91
III 3.1 2.35 2.53 2.33 10.31 2.577
IV 3.68 2.37 2.6 2.6 11.25 2.812
V 3.65 3.66 4.33 3.15 14.79 3.697
VI 5.36 5.13 5.33 4.35 20.17 5.042
Total 19.49 17.09 18.09 16.09 Ti= 70.76 17.688
Nilai tengah 3.248 2.848 3.015 2.681 X2=11.79 2.948

Nilai Pengamatan

Yij =  + Ai+ Eij
Dimana:
Yij= nilai pengamatan
 = nilai rata-rata umum
Ai= pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak
Eij= galat percobaan  kesalahan percobaan
encari nilai Eij
Eij=  (Xi -)2
N
Dimana:
Xi= nilai awal
= nilai rata-rata
n = perlakuan

Nilai pengamatan

konsentarasi Eij Yij t
1:7 2.1844 8.1324 2.492
1:14 2.185 8.133 2.492
1:21 2.804 8.752 1.941
kontrol 1.1506 7.098 3.614

Uji Hipotesis
r tidak diketahui, maka  n<30
t = x - 
s/
dimana:
 = populasi rata-rata percobaan pertama
x = populasi rata-rata (percobaan II)
n = perlakuan

Pengulangan

pengamatan Perkecambangan
1:7 1:14 1:21 kontrol k k
I 2.37 2.5 2.33 2.06 9.26 2.315
II 3.322 2.47 2.87 2.78 11.442 2.8605
III 4.2 2.44 4.36 3.24 14.24 3.56
IV 6.74 3.7 7.75 6.11 24.3 6.075
V 9.06 6.9 10.21 9.07 35.24 8.81
VI 11.8 9.56 10.7 9.56 41.62 10.504
Total 37.492 27.57 38.22 32.87 136.102 34.0255
Nilai tengah(x) 6.248 4.592 6.37 5.47 22.683 5.56

Nilai Pengamatan

Yij =  + Ai+ Eij
Dimana:
Yij= nilai pengamatan
 = nilai rata-rata umum
Ai= pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak
Eij= galat percobaan  kesalahan percobaan

Mencari nilai Eij
Eij=  (Xi -)2
N
Dimana:
Xi= nilai awal
= nilai rata-rata
n = perlakuan

Nilai pengamatan
konsentarasi Eij Yij t
1:7 16.689 25.359 0.326
1:14 11.075 19.754 2.491
1:21 13.939 22.609 0.39
kontrol 13.483 22.153 0.403

Uji Hipotesis
r tidak diketahui, maka  n<30
t = x - 
s/
dimana:
 = populasi rata-rata percobaan pertama
x = populasi rata-rata (percobaan II)
n = perlakuan

pada polibag
pada minggu 1
1. kontrol = 29.1
2. 1:7 = 29.5
3. 1:14= 30.2
4. 1:21= 32
Pada minggu ke-2
1. kontrol, 1:7, dan 1:21 mati
2. 1: 14 tetap hidup

IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatam ,mengenai allelopati. Tujuan pada praktikum kali ini untuk mengetahui pengaruh allelopati terhadap tanaman. Tanaman allelopati yang digunakan pada praktikum kali ini adalah acacia auriculiformis, melia azadarach, dan imperata cyndrica. Dan tanaman yang digunakan untuk penguji adalah kacang ijo dan jagung. Pengamatan dilakukan dari proses perkecambahan dengan satu kali pengulangan dan pertumbuhan tanpa pengulangan. Praktikum ini di bagi atas enam kelompok, satu ekstrak digunakan dalam dua kelompok, tetapi menggunakan dua tanaman penguji yang berbeda yaitu jagung atau kacang ijo.
Kelompok kami menggunakan ekstrak dari acacia auriculiformis dengan tumbuhan kacang hijau( Phaseolus radiatus). Penggunaan acacia auriculiformis tidak sesuai dengan bahan yang seharusnya digunakan yaitu acacia mangium. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya acacia mangium.
Hasil dari perkecambahan kacang ijo selama satu minggu menunjukan ketidakefektifan allelopati pada tanaman acacia auriculiformis tersebut. Hal ini diketahui dengan lebih tingginya perkecambahan pada tanaman yang menggunakan ekstrak. Yaitu dengan nilai tengah pada konsentrasi 1:7 yaitu 3.248 cm, konsentrasi 1:14 yaitu 2.848 cm, konsentrasi 1:21 yaitu 3.015 cm sedangkan pada kontrol yaitu 2.681 cm. Hal ini mungkin dikarenakan daya allelopati pada acacia mangium lebih tinggi dibanding dengan Acacia auriculiformis. Dimana acacia mangium pada Irwantoshot.com telah terbukti memiliki pengaruh berupa hambatan terhadap tanaman jagung dan kacang hijau.
Tumbuhan yang bersifat sebagai alelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Anonim, tanpa tahun). Namun kuantitas dan kualitas senyawa alelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan alelopat, macam tumbuhan alelopat, saat kemunculan saat kemunculan tumbuhan alelopat, lama keberadaan tumbuhan alelopat, habitus tumbuhan alelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan alelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan alelopat (C3 atau C4). Muhammadiqbal.wordpress.com. (2008))
Pada percobaan pengulangan menunjukan hal yang serupa, yaitu pertumbuhan kacang hijau pada penggunaan ekstrak memiliki daya tumbuh yang jauh tinggi. Yaitu pada konsentrasi 1:7 yaitu memiliki nilai tengah 6.248 cm, konsentrasi 1:14 adalah 4.593 cm, konsentrasi pada 1:21 adalah 6.37 cm sedangkan pada kontrol menunjukan tinggi perkecambah dengan nilai tengah 5.47 cm. Seharusnya kontrol memiliki tinggi yang lebih di banding yang menggunakan ekstrak. Dan pada konsentrasi 1:7, pertumbuhan tanaman jauh lebih rendah di banding yang lain, karena pada konsentrasi ini menggunakan senyawa allelopati yang banyak di banding yang lain, lalu stelah 1:7, pertumbuhan yang lebih baik adalah 1:14 dan selanjutnya adalah 1:21. hal ini sesuai dengan konsentrasi allelopati dalam ekstrak.
Hasil dari data ini berbeda dengan penggunaan allelopati acacia auriculiformis pada jagung. Hasil pada jagung sesuai dengan semestinya, artinya kontrol memiliki pertumbuhan yang lebih cepat di bandingkan yang penggunaan ekstrak. Hal ini dikarenakan daya serap jagung lebih tinggi daripada kacang hijau. Daya hambat Allelopathy Acacia lebih besar pada benih jagung dibandingkan kacang hijau disebabkan oleh stuktur biji dimana biji jagung lebih banyak mengandung karbohidrat dan daya inbibisi kulit yang lebih besar sedangkan biji kacang hijau lebih mengandung protein dan daya inbibisi yang lebih kecil dari biji jagung sehingga biji jagung lebih mudah menyerap zat penghambat dan tidak tahan terhadap daya penghambat allelopathy dibandingkan kacang hijau.(Teteley,2003)
Hasil dari pertumbuhan dengan menggunakan allelopati pada Imperata cyndrica dan Melia azadarach menunjukan hasil yang sesuai dengan teori alalelopati, malah pada Melia azadarach yang konsentrasi 1:7 tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini menjelaskan bahwa pada allelopati Melia azadarach dan Imperata cyndria lebih tinggi dibanding dengan acacia auriculiformis.
Percobaan selanjutnya adalah pertumbuhan kacang hijau. Pada pertumbuhan, hasil yang terbentuk juga menunjukan ketidakefektifan allelopati acacia auriculiformis terhadap pertumbuhan kacang hijau. Hasil yang didapatkan adalah kontrol = 29.1 cm, 1:7 = 29.5 cm, 1:14 = 30.2 cm dan 1:21= 32 cm. Sebelum mencapai dua minggu, pertumbuhan tanaman telah mati, tetapi pada konsentrasi 1:14 tetap hidup. Hal ini mungkin dikarenakan adanya unsure hara yang terdapat pada tanaman tersebut dan daya pertumbuhan yang tinggi dari tanaman kacang hijau tersebut

V. Penutup

V.1 Kesimpulan
1. Allelopati memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
2. Biji jagung memiliki daya penghambat zat allelopati yang lebih rendah dibanding dengan kacang hijau
3. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman
4. Zat allelopat Imperata cyndria dan Melia azadarach lebih tinggi di banding dengan Acacia auriculiformis


Daftar Pustaka

Allelopati. http: Fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan
Indiyanto, 2006. Ekologi Hutan. Jakarta:Bumi Angkasa
Odum, Eugena P.1971. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM-Press
S.J. MC. Naughton, Larry L. Wolf. 1992. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gajah Universitas-Press
Teteley, Febian. 2003. Pengaruh Allelopathi Acacia mangium Wild Terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L) Dan Jagung (Zea mays). http: http://www.irwantoshut.com. tanggal 26 April 2008 jam 18.45
Wijiyanti,Fahma.2008.Penuntun Praktikum Ekologi. Fak. Sains dan Teknologi UIN JAKARTA


PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan allelopati?
2. apakah semua tumbuhan memiliki zat allelopati?
3. apakah pengaruh allelopati suatu tumbuhan tertentu sama terhadap semua tumbuhan?
JAWAB :
1. Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia (Rohman dan I wayan Sumberartha, 2001 dalam Muhammadiqbal.wordpress.com.(2008)) Sedangkan menurut Odum (1971) dalam muhammadiqbal.wordpress.com(2008) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan
2. tidak. Tercatat sekitar 64 jenis spesies gulma yang bersifat allelopati terhadap gulma yang lain, 25 jenis bersifat autotoxicalautopathy, 51 jenis aktif sebagai antifungi dan antibakteri. Beberapa tanaman berkayu allelopati terhadap tanaman lainnya, seperti Eucalyptus spp., Leucaena leucocephala,Morinda oleifera,Glirycidla sepium, Albizzia lebbeck, Azadirachta indica. Sisa tanaman allelopati adalah jagung, padi, seledri, gandum, buah persik.
3. tidak, tergantung daya tubuh dari tanaman tersebut dan daya zat allelopat dari tanaman alleloapti tersebut.

Tidak ada komentar: