Kamis, 20 Januari 2011

Al-Afghani

B.Riwayat hidup Al-Afghani

Tempat dan Tarikh Lahirnya

Name sebenarnya Sayid Jamaluddin al-Afghani ialah Muhammad Jamaluddin al-Afghani al-Husaini. Namun, terdapat setengah sumber menyatakan nama sebenarnya ialah Muhammad ibn Safdar al-Husain. Dilahirkan pada tahun 1838 Masihi bersamaan dengan 1254 Hijrah, beliau dibesarkan di tempat lahirnya, iaitu di Asadabad, salah satu kawasan di Zon Kunar di Afghanistan. Datuknya, Sayid Ali pernah tinggal untuk sementara waktu di Hamedan, Iran dan beliau dikenali sebagai Hamadani. Manakala ayah Sayid Jamaluddin al-Afghani, Sayid Safdar, menetap di Kabul pada 1844 Masihi bersama keluarganya. Beberapa tahun kemudian, beliau berpindah ke Hamedan, Iran, disebabkan tekanan politik yang diletakkan ke atasnya oleh Raja Afghanistan. Walau bagaimanapun, menurut sumber dari beberapa warganegara Iran, beliau dilahirkan di As’adabad di Zon Hamedan, Iran.

Sayid Jamaluddin al-Afghani mempunyai pertalian darah dengan seorang periwayat hadis yang terkenal, Imam at-Tarmizi dan seterusnya kepada Saidina Ali bin Abi Talib.

Sayid Jamaluddin al-Afghani adalah seorang yang suka mengembara. Dia telah mengembara ke beberapa tempat seperti Najaf, India, Makkah, Tehran dan Khurasan.

Al-afghani meninggal dunia pada tahun 1897 Masihi bersamaan 1314 Hijrah ketika berusia 60 tahun dan beliau dikebumikan di Istanbul. Pada lewat tahun 1944, jenazah Sayid Jamaluddin al-Afghani dibawa ke Afghanistan atas permintaan kerajaan Afghanistan. Jenazahnya dikebumikan di Kabul di dalam Universiti Kabul. Sebuah mousoleum telah dirikan untuknya.

Pendidikan

Pendiddikan awal Sayid Jamaluddin al-Afghani dari orang tuanya adalah bidang ilmu agama dan bahasa Arab. Dia mempelajari asas-asas bahasa Arab seperti nahu dan sastra ketika itu. Selepas itu, dia mempelajari ilmu-ilmu keagamaan seperti ilmu tauhid, fikah, usul fikah, tafsir, hadis dan lain-lain.

Sayid Jamaluddin telah menghafaz al-Quran ketika beliau berusia 12 tahun. Dia mendalami beberapa disiplin ilmu seperti hadis, falsafah, mantik, usuluddin, perubatan, dan ilmu kalam ketika berada di Najaf. Ketika Sayid Jamaluddin al-Afghani merantau ke India, dia telah mempelajari ilmu-ilmu moden seperti sains dan matematik.

Dalam pada itu, Sayid Jamaluddin al-Afghani juga mula berkarya. Karya Sayid Jamaluddin al-Afghani yang pertama berjudul Keterangan Lengkap tentang Sejarah Afghanistan.

Semasa menetap di Mesir, dia telah bertemu dengan ramai penuntut Universiti al-Azhar yang datang menimba ilmu dan pengalaman daripadanya, termasuklah Syeikh Muhammad Abduh. Hasil pertemuan tersebut telah menyemarakkan gerakan pemikiran Jamaluddin di Mesir. Gerakan ini dikenali sebagai Gerakan Islam

Ketokohan dan keperibadian

Jamaluddin al-Afghani merupakan seorang pelopor kebangkitan orang-orang Islam di beberapa tempat seperti di Tehran, Moscow dan lain-lain. Dia berjaya meniupkan semangat perjuangan dan menyedarkan orang-orang Islam supaya menentang penjajah demi kemajuan diri, masyarakat, agama dan negara. Pidatonya yang bersemangat dapat menyuntik semangat umat Islam. Dia juga mengembalikan keyakinan umat Islam di India terhadap kemampuan mereka menentang penjajah. Antara teks pidato Al-Alfghani ialah:

Seandainya jumlah kamu yang beratus-ratus juta ini, ditakdirkan menjadi lalat dan nyamuk sekalipun, niscaya kamu akan dapat memekakkan telinga-telinga orang Inggris dengan suara kamu. Seandainya kamu ditakdirkan menjadi labi-labi atau penyu sekalipun, lalu kamu berenang ke tanah Inggris, bilangan kamu yang seramai ini akan dapat mengepung dan menenggelamkan tanah Inggris. Kamu akan pulang ke India dalam keadaan selamat.

Antara keperibadian-keperibadian yang beliau miliki ialah:

1. Mencintai ilmu pengetahuan;
2. Mempunyai akal fikiran yang cerdas, tajam, dan berpandangan jauh;
3. Memiliki semangat jihad yang tinggi;
4. Berusaha mencorakkan pemikiran masyarakat Islam kepada kemajuan dan bebas daripada penjajah;
5. Mempunyai kewibawaan dan kebolehan sebagai seorang pemimpin;
6. Petah berpidato dalam meniupkan semangat perjuangan dalam kalangan masyarakat Islam;
7. Bergiat dalam arena penulisan dengan menyalurkan idea-idea untuk menyedarkan rakyat ke arah kemajuan dan pembangunan;
8. Tidak jemu menjelajah ke merata tempat untuk mencari ilmu pengetahuan di samping berdakwah untuk membetulkan kefahaman ajaran Islam yang sebenarnya.

Karier kan karya tulis yang dihasilkan

Afghani dibesarkan dibesarkan di Afgahanistan. Pada usia 18 tahun di Kabul, Afghani tidak hanya menguasai segala cabang ilmu keagamaan, tetapi juga mendalami falsafah, hukum, sejarah, metafisika, kedokteran, sains, astronomi dan astrologi. Kemudian pergi ke India dan tinggal disana selama satu tahun sebelum menunaikan ibadah haji pada tahun 1857. pada waktu itu di India terjadi pengotakan dramatis antara pembaharu Muslim yang pro-Inggris dan Muslim yang anti-Inggris. Afghani bersekutu dengan kelompok Muslim tradisionalis untuk menghadapi kelompok Muslim pro-Inggris. Ia menyadari bahwa kebangkitan dan solidaritas Islam bisa menjadi senjata untuk melawan Pemerintahan Inggris di bumi Muslim. Ia mendorong rakyat India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya pada tahun 1857 muncul kesadaran baru di kalangan pribumi India untuk melawan penjajah.

Sekembalinya ia di Afghanistan ia memasuki dinas pemerintahan Amir Dost Muhamma Khan. Ketia Amir meninggal dan digantikan oleh Amir Syir Ali, Afghani diangkat menjadi Menteri. Namun ketika Syir Ali dijatuhkan maka dengan dalih akan menunaikan ibadah haji lagi pada tahun 1869, Afghani meninggalkan Afghanistan. Dari snilah awal keterlibatan langsung Afghani dalam gerakan internasional anti kolonialisme/imperialisme Barat dan despotisme Timur.

Pada tahun 1871 Afghani tiba di Istambul. Oleh karena masyarakat Istambul sudah terlebih dahulu mendengar tentang kealiman dan perjuangannya, maka tokoh-tokoh masyarakat di ibukota kerajaan Usthmaniyah itu menyambutkanya dengan gembira. Belum lama tinggal di Istambul ia diangkat menjadi anggota Majelis Pendidikan, dan mulai diundang berceramah di Aya Sofia serta Masjid Ahmadiyah. Popularitas Afghani ini mengundang kecemburuan Hasan Fahmi, Syaikh al-Islam, dan mufti itu berhasil memfitnah Afghani dengan materi ceramahnya di muka sejumlah mahasiswa dan cendekiawan di Dar al-Funun. Karena fitnah ini Afghani memutuskan untuk pindah ke Kairo.

Di Kairo ia disambut gembira, baik oleh penguasa maupun oleh ilmuan. Melihat campur tangan Inggris di Mesir, dan tidak inginnya Inggris melihat Islam bersatu dan kuat, Afghani akhirnya kembali lagi ke politik. Sebagai langkah taktis atau intrik politik, Afghani bergabung dengan perkumpulan Free Masonry, suatu organisasi yang disokong oleh kelompok anti zionis. Dari sini, tahun 1897 terbentuk partai politik bernama Hizb al-Wathani (Partai Kebangsaan). Slogan partai ini: “Mesir untuk Bangsa Mesir”. Partai ini antara lain menanamkan kesadaran berbangsa, memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaanpers, memperjuangkan unsur-unsur Mesir masuk dalam angkatan bersenjata.

Dengan berdirinya partai ini Afghani merasa mendapat sokongan untuk berusahan menggulingkan raja Mesir yang berkuasa waktu itu, yakni Khadewi Ismail yang pemboros, untuk digantikan dengan putera mahkota Taufiq. Taufiq berjanji akan mengadakan pembaharuan-pembaharuan sebagaimana yang dituntut Hizb al-Wathani. Tetapi karena kegiatan politik dan agitasinya yang tajam terhadap campur tangan Inggris dalam negeri Mesir, maka Taufiq atas tekanan Inggris justru mengusir Afghani keluar dari Mesir pata tahun 1879.

Dari mesir Afghani dibawa ke India, ditahan di Haiderabad dan Kalkuta, dan baru dibebaskan setelah pemberontakan Urabi Pasha di Mesir tahun 1882 berhasil ditumpas. Pada tahun 1883, Afghani berada di London kemudian pindah ke Paris dan menerbitkan majalah berkala dalam bahasa Arab Al-Urwah al-Wutqa bersama muridnya Muhammad Abduh yang juga diusir dari Mesir karena dituduh terlibat dalam pemberontakan Urabi Pasha yang gagal itu.

Dalam majalah ini, Afghani mengembangkan polemik anti Inggrisnya. Ia mulai mengemukakan argumen yang memperkuat pandangannya bahwa persatuan antar negara Islam dapat membendung serbuan pihak asing. Karena peredarannya dihalangi oleh penguasa kolonial, majalah berkala ini hanya berumur 8 bulan setelah terbit sebanyak 18 nomor. Nomor pertama terbit 13 Maret 1884 dan yang terakhir 17 Oktober tahun yang sama.

Pada tahun 1886, Afghani pergi ke Teheran. Dari sana ia pergi ke Rusia, kemudian ke Eropa. Tahun 1889 kembali ke Teheran. Tetapi kemudian Perdana Menteri Mirza Ali Asghar Khan, yang menganggap kehadiran Afghani sebagai ancaman bagi kedudukannya, berhasil menghasut Syah Nasirudin supaya tidak percaya lagi kepada Afghani. Pada awal tahun 1891, Afghani ditangkap dan dibawa ke Khariqin, suatu kota kecil dekat tapal batas Persia-Turki. Dari sana ia pergi ke London. Kemudian atas undangan Sultan Abdul Hamid ia datang dan menetap di Istambul, Turki. Afghani wafat pada bulan Maret 1879, karena kanker yang berawal dari dagunya.

Beberapa buku yang ditulis oleh Afghani antara lain; Tatimmat al-bayan (Cairo, 1879). Buku sejarah politik, sosial dan budaya Afghanistan. Hakikati Madhhabi Naychari wa Bayani Hali Naychariyan. Pertama kali diterbitkan di Haydarabad-Deccan, 1298 H/1881 M, ini adalah karya intelektual Afghani paling utama yang diterbitkan selama hidupnya. Merupakan suatu kritik pedas dan penolakan total terhadap materialisme. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam Arab oleh Muhammad Abduh dengan judul Al-Radd 'ala al-dahriyyin (Bantahan terhadap Materialisme). Al-Ta'Liqat 'ala sharh al-Dawwani li'l-'aqa'id al-'adudiyyah (Cairo, 1968). Berupa catatan Afghani atas komentar Dawwani terhadap buku kalam yang terkenal dari] Adud al-Din al-'Iji yang berjudul al-‘aqa’id al-‘adudiyyah. Berikutnya Risalat al-waridat fi sirr al-tajalliyat (Cairo, 1968). Suatu tulisan yang didiktekan oleh Afghani kepada siswanya Muhammad 'Abduh ketika ia di Mesir. Khatirat Jamal al-Din al-Afghani al-Husayni (Beirut, 1931). Suatu buku hasil kompilasi oleh Muhammad Pasha al-Mahzumi wartawan Libanon. Mahzumi hadir dalam kebanyakan forum pembicaraan Afghani pada bagian akhir dari hidupnya Buku berisi informasi yang penting tentang gagasan dan hidup Afghani.

C. Ide yang Ditimbulkan Al-Afghani

Semua orang sepakat bahwa dialah yang menghembuskan gerakan Islam modern dan mengilhami pembaharuan di kalangan kaum Muslim yang hidup ditengah-tengah kemodernan. Dia pula yang pengaruhnya amat besar terhadap gerakan-gerakan pembebasan dan konstitusional yang dilakukan dinegara-negara Islam setelah zamannya. Ia menggabungkan ilmu-ilmu tradisional Islamnya dengan berbagai ilmu pengetahauan yang diperolehnya dari Eropa dan pengetahuan modern.

Semua usahanya dicurahkan untuk menerbitkan makalah-makalah politik yang membangkitkan semangat, khususnya yang termuat dalam majalah Al-Urwah al-Wutsqa. Ia telah membangkitkan gerakan yang berskala nasional dan gerakan jamaah Islam.

Afghani mengembangkan pemikiran (dan gerakan) salafiyah, yakni aliran keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam, yang juga biasa disebut salaf (pendahulu) yang saleh. Sebenarnya Afghani bukanlah pemikir Islam yang pertama yang mempelopori aliran salafiyah (revivalis). Ibnu Taymiyah telah mengajarkan teori yang serupa, begitu pula Syeikh Mohammd Abdul Wahab pada abad ke-18. Tetapi salafiyah (baru) dari Afghani terdiri dari tiga komponen utama, yakni; Pertama, keyakinan bahwa kejayaan kembali Islam hanya mungkin terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang masih murni, dan meneladani pola hidup para sahabat Nabi, khususnya Al-Khulafa al-Rasyidin. Kedua, perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi Barat, baik politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ketiga, pengakuan terhadap keunggulan barat dalam bidang ilmu dan teknologi, dan karenanya umat Islam harus belajar dari barat dalam dua bidang tersebut, yang pada hakikatnya hanya mengambil kembali apa yang dahulu disumbangkan oleh dunia Islam kepada Barat, dan kemudian secara selektif dan kritis memanfaatkan ilmu dan teknologi Barat itu untuk kejayaan kembali dunia Islam. Adapun alairan-aliran salafiyah sebelum Afghani hanya terdiri dari unsur pertama saja.

Dalam rangka usaha pemurnian akidah dan ajaran Islam, serta pengembalian keutuhan umat Islam, Afghani menganjurkan pembentukan suatu ikatan politik yang mempersatukan seluruh umat Islam (Jami’ah islamiyah) atau Pan-Islamisme. Menurut Afghani, asosiasi politik itu harus melipluti seluruh umat Islam dari segala penjuru dunia Islam, baik yang hidup dalam negara-negara yang merdeka, termasuk Persia, maupun mereka yang masih merupakan rakyat jajahan. Ikatan tersebut, yang didasarkan atas solidaritas akidah Islam, bertujuan membiana kesetiakawanan danpesatuan umat Islam dalam perjuangan; pertama, menentang tiap system pemerintahan yang dispotik atau sewenang-wenang, dan menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berdasarkan musyawarah seperti yang diajarkan Islam, hal mana juga berarti menentang sistem pemerintahan Utsmaniyah yang absolut itu. Kedua, menentang kolonialisme dan dominasi Barat.

Menurut Afghani, dalam ikatan itu eksistensi dan kemandirian masing-masing negara anggota tetap diakui dan dihormati, sedangkan kedudukan para kepala negaranya, apa pun gelarnya, tetap sama dan sederajat antara satu dengan yang lain, tanpa ada satu pun dari mereka yang lebih ditinggikan.

Afghani mendiagnose penyebab kemunduran di dunia Islam, adalah tidak adanya keadilan dan syura (dewan) serta tidak setianya pemerintah pada konstitusi dikarenakan pemerintahan yang sewenang-wenang (despotik), inilah alasan mengapa pemikir di negara-negara Islam di timur tidak bisa mencerahkan masyarakat tentang inti sari dan kebaikan dari pemerintahan republik. Pemerintahan republik, merupakan sumber dari kebahagiaan dan kebanggaan. Mereka yang diatur oleh pemerintahan republik sendirilah yang layak untuk disebut manusia; karena suatu manusia yang sesungguhnya hanya diatur oleh hukum yang didasari oleh keadilan dan mengatur gerakan, tindakan, transaksi dan hubungan dengan orang yang lain yang dapat mengangkat masyarakat ke puncak kebahagiaan. Bagi Afghani, pemerintah rakyat adalah “pemerintahan yang terbatas”, pemerintahan yang yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, dan karenanya merupakan lawan dari pemerintahan absolut. Merupakan suatu pemerintah yang berkonsultasi dalam mengatur, membebaskan dari beban yang diletakkan pemerintahan despotik dan mengangkat dari keadaan membusuk ke tingkat kesempurnaan.

Reformasi atau pembaharuan dalam bidang politik yang hendak diperjuangkan oleh salafiyah (baru) di negara-negara Islam adalah pelaksanaan ajaran Islam tentang musyawarah melaui dewan-dewan konstitusi dan badan-badan perwakilan (rakyat), pembatasan terhadap kekuasaan dan kewenangan pemerintah dengan konstitusi dan undang-undang, serta pengerahan kekuatan dan potensi rakyat untuk mendukung reformasi politik an sekaligus untuk membebaskan dunia Islam dari penjajahan an dominasi Barat.

Menurut Afghani, cara terbaik dan paling efektif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut adalah melalui revolusi yang didasarkan atas kekuatan rakyat, kalau perlu dengan pertumpahan darah. Ia mengatakan bahwa kalau memang ada sejumlah hal yang harus direbut dan tidak ditunggu untuk diterima sebagai hadiah atau anugerah, maka kebebasan an kemerdekaan merupakan dua hal tersebut.

Waktu tinggal di Mesir, sejak awal Afghani menganjurkan pembentukan “pemerintah rakyat” melalui partisipasi rakyat Mesir dalam pemerintahan konstitusional yang sejati. Ia banyak berbicara tentang keharusan pembentukan dewan perwakilan yang disusun sesuai dengan apa yang diinginkan rakyat, dan anggota-anggotanya terdiri ari orang-orang yang betul-betul dipilih oleh rakyat, sebab dia berkeyakinan bahwa suatu dewan perwakilan yang dibentuk atas perintah raja atau kepala negara, atau atas anjuran penguasa asing, maka lembaga tersebut akan lebih merupakan alat politik bagi yang membentuknya. Ketika penguasa Mesir, Khedewi Taufiq bermaksud menarik kembali janjinya untuk membentuk dewan perwakilan rakyat berdasarkan alasan bahwa rakyat masih bodoh dan buta politik, Afghani menulis surat kepada Khedewi yang isinya menyatakan bahwa memang benar di antara rakyat Mesir, seperti halnya rakyat dinegeri-negeri lain, banyak yang masih bodoh, teapi itu tidak berarti bahwa di antara mereka tidak terdapat orang-orang pandai dan berotak.
Tujuan utama gerakan Afghani ialah menyatukan pendapat semua negara-negara Islam dibawah satu kekhalifahan, untuk mendirikan sebuah imperium Islam yang kuat dan mampu berhadapan dengan campur tangan bangsa Eropa. Ia ingin membangunkan kesadaran mereka akan kejayaan Islam pada masa lampau yang menjadi kuat karena bersatu. Menyadarkan bahwa kelemahan umat Islam sekarang ini adalah karena mereka berpecah-belah.

Afghani berusaha menghimpun kembali kekuatan dunia Islam yang tercecer. Ia yakin bahwa kebangkitan Islam merupakan tanggungjawab kaum Muslim, bukan tanggung jawab Sang Pencipta. Masa depan kaum Muslim tidak akan mulia kecuali jika mereka menjadikan diri mereka sendiri sebagai orang besar. Mereka harus bangkit dan menyingkirkan kelalaian. Mereka harus tahu realitas, melepaskan diri dari kepasrahan. Ia menjelaskan kebobrokan umat Islam, dan menerangkan bahwa duni Islam sedang terancam. Ancamannya datang dari Barat yang memiliki kekuatan dinamis. Afghani mengajak umat Islam untuk melakukan perbaikan secara internal, menumbuhkan kekuatan untuk bertahana dan mengaopsi buah peradaban Barat, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembalikan kejayaan Islam. Barat harus dihadapi karena dialah yang mengancam Islam. Cara menghadapinya adalah dengan menirunya dalam hal-hal yang positif, selain aturan kebebasan dan demokrasinya.

Afghani adalah pembaharu muslim pertama yang menggunakan term Islam dan Barat sebagai dua fenomena yang selalu bertentangan. Sebuah pertentangan yang justru harus dijadikan patokan berpikir kaum muslim, yaiut untuk membebaskan kaum muslim dari ketakutan dan eksploitasi yang dilakukan oleh orang-orang Eropa.

Selanjutnya, pemikiran Afghani, diteruskan dan dikembangkan oleh murid-muridnya yakni Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Selanjutnya, pemikiran Islam modern yang mereka kembangkan bukan hanya pada tingkat wacana, namun ditransformasikan oleh pengikut-pengikut selanjutnya menjadi gerakan. Dapat dikatakan bahwa gerakan Islam di abad kedua puluh banyak terpengaruh olehnya dan menjadikannya sumber inspirasi. Pengaruh tersebut terlihat dalam tokoh dan gerakan-gerakan Islam modern masa kini.

Adapun perbaikan yang telah dilakukan Al-Afghani adalah:
1. Idea Islah berupa usaha untuk mengembalikan kecemerlangan umat Islam sebagaimana zaman Khulafa al-Rasyidin
2. Membina perpaduan tanpa mengira bangsa dan budaya melalui gagasan beliau iaitu al-Jamiah Al-Islamiah.
3. Mengkritik taklid Al-A’ma (mengikut sesuatu secara membabi buta) tanpa berlandaskan al-Quran dan al-Sunnah.
4. Menyeru umat Islam agar kembali kepada ajaran Islam yang tulen serta sesuai dilaksanakan sepanjang masa dan tempat.
5. Menyedarkan umat Islam tentang keburukan fanatik kepada sesuatu mazhab yang membawa kepada pepecahan umat Islam sendiri.
6. Berpendapat agar umat Islam menumpukan perhatian kepada usaha-usaha memerdekakan tanah air dan pemikiran mereka dari penjajah
D. KESIMPULAN

Sayyid Jamaluddin Al-Afghani (1838/9–1897) merupakan antara tokoh awal yang mengungkapkan kembali tradisi Muslim dengan pendekatan yang dinamik. Seruannya ini tidak dinafikan merupakan sebahagian daripada reaksinya terhadap konflik-konflik yang muncul ekoran sikap Barat di Timur-Tengah pada abad ke-19.

Sebagai reformis Islam pertama, yang pengaruhnya dirasakan di beberapa negara, Afghani memicu kecenderungan untuk menolak kedua-dua beban ummat, sama ada tradisionalisme dan pembaratan. Meskipun Afghani di kemudian hari, serta semenjak meninggalnya, ia telah dikaitkan khususnya dengan gerakan Pan-Islamisme. Namun, tulisan pan-Islamismenya hanya timbul belakangan, yaitu sekitar 1880-an.

Dalam hidupnya, Afghani mempromosikan berbagai sudut pandang yang sering dianggap bertentangan. Dan, fikirannya juga memiliki affinity dengan berbagai kecenderungan yang terdapat di dalam dunia Muslim. Ini meliputi liberalisme Islam yang diserukan, khususnya oleh Muhammad’Abduh, orang Mesir yang menjadi muridnya.

Pada masa mudanya Afghani dididik di Iran, dan juga di kota-kota suci lain di Iraq sehingga Afghani berjaya menguasai falsafah Islam dan juga perbandingan mazhab yang sarat terdapat dalam pengalaman Islam.

Tidak seperti dunia Arab dan Turki, di mana kebanyakan falsafah (yang mendapat inspirasinya dari Yunani selama berabad-abad) tidak diajarkan secara langsung kerana dianggap menyimpang dari Islam. Sebaliknya, di Iran tradisi falsafah terus berlangsung. Manakala, buku-buku karya Ibn Sina dan di kemudian hari karya failasuf Iran banyak diajarkan di sekolah keagamaan.

Ketika ke Istanbul, pada tahun 1869-70, Afghani mengemukakan banyak gagasan yang berasal dari anjuran failasuf Islam. Malah, ketika ke Mesir pada 1870-an, Afghani mengajar anak-anak muda di sana tentang fikiran-dikiran failasuf dalam dunia muslim.

Perjalanan yang panjang dalam hidup Afghani telah dilalui dengan berdakwah di banyak negara. Pada usia yang masih muda, sekitar 20 tahun, Afghani sudah pergi ke India dan berjuang untuk mengusir pemerintahan Inggeris dari bumi Muslim di India. Setelah tinggal di India, Afghani pergi menunaikan fardu haji ke Makkah, lalu ke kota-kota di Iraq, dan kemudiannya ke Afghanistan melewati Iran.


Perjuangannya yang anti-Inggeris ini menyebabkan Afghani harus keluar dari Afghanistan pada Disember 1868, kerana jatuhnya A’zham Khan dan naik takhtanya Shir’Ali yang pro-Inggeris. Kemudian, Afghani ke Bombay, Kaherah, lalu ke Istanbul pada 1869.

Pada 1870, Afghani diangkat menjadi menjadi anggota Dewan Pendidikan Uthmaniyyah. Kerana popularitinya sebagai ahli pendidikan yang terkemuka, Afghani diundang untuk menyampaikan kuliah umum. Namun, kuliah umum ini akhirnya telah menimbulkan reaksi yang keras dari para ulama’, kerana dianggap menyimpang dari ajaran agama. Akibatnya Afghani diusir dari Istanbul.

Setelah itu Afghani pergi ke Kaherah. Di Kaherah ini, Afghani mendirikan akhbar yang membahas isu-isu politik -- seiring dengan perubahan kekuasaan di Mesir, yang ketika itu di bawah Pemerintahan yang pro-Inggeris, Taufiq. Afghani akhirnya diusir dari Mesir kerana sikapnya yang anti-Inggeris tersebut.

Kemudian Afghani pergi ke Hyderabad di India Selatan. Dari India, Afghani ke London, dan kemudian pada 1883 ke Paris. Di Paris, Afghani bersama dengan Muhammad ‘Abduh, mereka menerbitkan akhbar berbahasa Arab, Al-‘Urwah Al-Wuthqa. Sebelum meninggal pada tahun 1987 di Iran, Afghani sempat berkunjung ke Russia, Eropah dan Iraq.

Afghani merupakan tokoh besar dalam dunia Muslim. Afghani begitu menekankan bahawa Islam dalam faham yang benar, merupakan satu kekuatan yang sangat signifikan untuk menangkis serangan-serangan Barat, dan sekaligus berupaya untuk meningkatkan kembali solidariti kaum Muslim.

Seruannya jelas menuntut perubahan dalam sistem politik Islam. Di samping itu, Afghani mengkritik kepada mereka yang memihak terhadap imperialisme Barat atau apa sahaja yang boleh memecah-belah umat Islam. Ini semuanya antara tema-tema yang diperjuangkannya sepanjang hidupnya.

Tidak ada komentar: