Kamis, 20 Januari 2011

laporan ekologi - makro fauna tanah

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya adalah mesofauna tanah. Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburannya (Rao, 1994).
Tanah tersusun atas empat bahan utama, yaitu bahan mineral, bahan organic, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah. Pada lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering (bukan sawah ) umumnya mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5% bahan organic, 20-30% udara dan 20-30% air.
Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997). Beberapa fauna tanah, seperti herbivora, sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas akarnya, tetapi juga hidup dari tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Jika telah mengalami kematian, fauna-fauna tersebut memberikan masukan bagi tumbuhan yang masih hidup, meskipun adapula sebagai kehidupan fauna yang lain.(Rahmawati,2004)
Minyak tanah adalah molekul organic yang digukan untuk bahan bakar yng berasal dari minyak bumi. Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawa hidrogen dan karbon. Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll. Minyak digunakan untuk mendatangkan makro fauna tanah di sekitar tempat pengamatan dengan bau yang dihasilkan.
Kondisi lingkungan merupakan factor terpenting dalam kehidupan makro fauna tanah termasuk tempat hidup, seperti PH tanah, kelengasan tana, temperatur, aerasi, jenis tanah, suplai nutrisi, intensitas cahaya dan semua hal yang berkaitan dengan lingkungan dari makro fauna tanah tersebut.
Perbedaan kondisi lingkungan menyebabkan adanya perbedaan jenis makro fauna tanah dan makrofauna yang mendominasinya. Maka dari itu, peraktikum ini akan membandingkan makro fauna tanah yang terdapat pada tempat (plot) yang berbeda, yaitu di bawah vegetasi, di dekat pembuangan sampah(pembakaran sampah), dan di tempat terbuka. Serta membandingkan kesamaan dan ketidaksamaan hewan pada tiga tempat tersebut.


I.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis makro fauna tanah yang terdapat pada beberapa ekosistem, seperti di bawah vegetasi,di tempat terbuka dan di dekat tempat sampah di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

II. Tinjauan Pustaka
Makrofauna tanah
Makrofauna tanah adalah hewan-hewan besar (makrofauna) penghuni tanah yang dapat dibedakan menjadi hewan-hewan pelubang tanah, cacing tanah, arthropoda dan mollusca (gastropoda).
Hewan-hewan besar pelubang tanah seperti tikus, kelinci, kadang-kadang dapat memperbaiki tat udara tanah dan mengubah kesuburan serta struktur tanah, tetapi hewan-hewan ini juga dapat menghancurkan dan makan tanaman.
Cacing tanah tersebar di seluruh dunia dan meliputi sekitar 7000 spesies.tiga spesies yang paling umum adalah: Helodrilus caliginosus ( cacing kebun), Helodrilus foetidus (cacing merah) dan Lumbricus terrestris. Cacing tanah berguna untuk mengaduk tanah dan memoerbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik, dan lebih mudah di tembus akar.
Arthropoda dalam tanah digolongkan ke dalam beberapa family yaitu; Crustaceae (kepiting, lobster, crayfish- keduanya sejenis udang); Chilopoda(sejenis kelabang-contiped); diplopoda (kaki seribu-milleped), arachnida (laba-laba, kutu, kalajengking); Insek (belalang,jangkrik,lebah,kumbang,semut,rayap,lalat)
Kepiting dan lobster(jenis udang dengan sapit yang besar dan kuat seperti kepiting), banyak ditemukan di daerah rawa-rawapasang surut seperti daerah hutan bakau. Hewan ini membuat lubang-lubang pada tanah daerah tersebut dan memindahkan tanah – tanah bawah ke permukaan tanah, sehingga membuat gudukan-gudukan setinggi 0.5-1.0 m(lobster mound). Tanah-tanah yang dipindahkan ke permukaan kadang-kadang banyak mengandung sulfida, sehinnga dipermukaan teroksidasi menjadi sulfatdan muncul sebagai karatan kuning dari jarosite yang sangat masam. Jenis-jenis Arthropoda yang lain mempunyai makanan sisa-sisa tumbuhan yang membusukdan memperbaiki tata udara tanah dengan membuat lubang-lubang kecil pada tanah tersebut, tetapi banyak pula diantaranya yang bersifat pengganggu karena makan tumbuhan yang hidup (phytophagoes).
Jenis Mollusca yang hidup di atas tanah yang terpenting adalah bekicot. Hewan-hewan ini makan sisa-sisa tanaman yang membusuk dan juga makan tanaman hidup.(Sarwono,2007)
Klasifikasi makro fauna tanah berdasarkan bagaimana makrofauna makan, yaitu makro fauna biofatus dan makro fauna saprofagus. Makro fauna biofagus memekan makhluk-makhluk hidup. Berdasarkan hal ini makro fauna dibedakan menjadi: 1) karnivora(pemakan hewan), 2)herbivora(pemakan tumbuhan),3) mikrobivora ( pemakan mikroorganisme), 4) omnivora(pemakan tumbuhan/hewan). Makro fauna saprofagus adalah golongan makro fauna yang memakan bahan yang telah mati atau sudah lapuk. Berdasarkan hal ini dibedakan menjadi;1)detritivora(pemakan detritus), 2)cadavericola(pemakan bangkai binatang), 3) kaprofagus(pemakan dung). (lud waluyo,2007)
Pengelompokan terhadap fauna tanah sangat beragam, mulai dari Protozoa, Rotifera, Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthropoda, hingga Vertebrata. Fauna tanah dapat dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan makannya. Berdasarkan kehadirannya, fauna tanah dibagi atas kelompok transien, temporer, periodik dan permanen. Berdasarkan habitatnya fauna tanah digolongkan menjadi golongan epigeon, hemiedafon dan eudafon. Fauna epigeon hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon pada lapisan organik tanah, dan yang eudafon hidup pada tanah lapisan mineral. Berdasarkan kegiatan makannya fauna tanah ada yang bersifat herbivora, saprovora, fungifora dan predator (Suin, 1997). Sedangkan fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya menurut Wallwork (1970), dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu; mikrofauna (20 µ - 200 µ), mesofauna (200 µ - 1 cm) dan makrofauna (lebih dari 1 cm). Menurut Suhardjono dan Adisoemarto (1997), berdasarkan ukuran tubuh fauna tanah dikelompokkan menjadi: (1). mikrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran tubuh < 0.15 mm, seperti: Protozoa dan stadium pradewasa beberapa kelompok lain misalnya Nematoda, (2). Mesofauna adalah kelompok yang berukuran tubuh 0.16 – 10.4 mm dan merupakan kelompok terbesar dibanding kedua kelompok lainnya, seperti: Insekta, Arachnida, Diplopoda, Chilopoda, Nematoda, Mollusca, dan bentuk pradewasa dari beberapa binatang lainnya seperti kaki seribu dan kalajengking, (3). Makrofauna adalah kelompok binatang yang berukuran panjang tubuh > 10.5 mm, sperti: Insekta, Crustaceae, Chilopoda, Diplopoda, Mollusca, dan termasuk juga vertebrata kecil.(rahmawati,2004)
Faktor yang mempengaruhi aktivitas organisme tanah:
1) Iklim (curah hujan, suhu, kelembaban dll)
2) Tanah (kemasaman, kelembaban, suhu, hara dll)
3) Vegetasi (hutan, padang rumput, belukar, dll)‏
4) Keragaman organisme dan bobot biomassa dari organisme sangat besar
Aktivitas organisme tanah dicirikan oleh :
1) Jumlahnya dalam tanah
2) Bobot tiap unit isi atau luas tanah (biomassa)‏
3) Aktivitas metabolic (Biologi Tanah.http:elisa.Ugm.ac.id)
III. Metodologi
Praktikum ini dilakukan di bawah vegetasi,di tempat terbuka dan di dekat pembakaran/pembuangan sampah di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Praktikum ini dilakukan pada tanggal 4 April 2008 sampai tanggal 12 April 2008.

Metode Kerja
1. Dipilih 3 plot, yaitu di bawah vegetasi, di tempat terbuka dan di dekat pembakaran/ pembuangan sampah.
2. Diamati intensitas cahaya, ph, dan suhu pada plot
3. Dibuat lubang pada tanah sesuai ukuran kaleng dan berdiameter sama dengan ukuran kaleng di masing-masing plot.
4. Dimasukan kaleng ke dalam lubang dengan ketinggian kaleng lebih tinggi 1 cm.
5. Diisi kaleng dengan minyak tanah yang telah dicairkan
6. Dipayungi kaleng dalam tanah menggunakan feber glass dengan 4 buah potongan kayu(2 buah kayu depan lebih pendek dari kayu belakang.
7. Didiamkan selama 7 hari.
8. Pada hari terakhir diangkat kaleng dan diamati intensitas cahaya, ph dan suhu pada plot.
9. Di identifikasi hewan-hewan didapatkan dan diawetkan di dalam botol koleksi dengan menggunakan alcohol.
10. Di hitung indeks dominan(c), indeks kesamaan( s), dan indeks diversitas yaitu indeks Shannon (H) dan indeks evenness (e)
IV. Hasil dan Pembahasan
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian mengenai “ Makro Fauna Tanah”. Pengujian ini di lakukan untuk mengetahui jenis-jenis makro fauna tanah yang terdapat pada beberapa ekositem tanah. Pengujian di lakukan di halaman sekitar UIN Jakarta yang terdiri dari tiga plot, tepatnya di bawah vegetasi pohon lengkeng(Euphoria longana), dekat tempat pembakaran sampah di parkiran motor, dan di tempat terbuka samping fakultas sains dan Teknologi.
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode perangkap sumuran( Nooryanto (1987)). Pada praktikum ini menggunakan minyak tanah. Minyak tanah (wikipedia)adalah molekul organic yang digukan untuk bahan bakar yng berasal dari minyak bumi. Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawa hidrogen dan karbon. Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll. Minyak digunakan untuk mendatangkan makro fauna tanah di sekitar tempat pengamatan dengan bau yang dihasilkan.
Pada hari pertama pada pukul 11.00-11.15, suhu plot pertama(vegetasi),kedua(dekat tempat atau pebakaran sampah) dan plot ketiga(tempat tebuka) masing-masing adalah 32C, 31C dan 29C sebelum di gali dan 29C,29C dan 28C. PH masing-masing plot adalah 5,8, 6.2 dan 5.2. sedangkan intensitas cahaya adalah 12 klux,52 klux dan 93.8 klux. Sedangkan pada hari terakhir pukul 11,00-11.30, suhu pada masing-masing plot adalah 29C,29C, dan 28C sebelum di gali dan 25C, 26C dan 26C sesudah di gali. PH pada masing-masing plot adalah 5.8, 5.8 dan 6. sedangkan intensitas cahayanya 1,2 lux, 5.37 klux dan 14,83 klux.
Suhu, PH dan intensitas cahaya mempengaruhi kondisi tanah dan makro fauna tanah. Pada suhu terlalu tinggi, kandungan air tanah menjadi berkurang sehingga jumlah makro fauna tanah akan sedikit dibanding pada tempat dengan suhu yang tidak tinggi. Namun kandungan air juga tidak boleh berlebih. Begitu juga intensitas cahaya, intensitas cahaya rendah lebih banyak dihuni oleh makro fauna di banding dengan tanah yang memiliki intensitas yang lebih tinggi Baik kelebihan dan kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Menurut Sarwono(2007) fungsi air pada tumbuhan tanaman adalah:
- sebagai unsur hara tanaman
tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat pada proses fotosintesis
- sebagai pelarut unsure hara.
Unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar tanaman dari larutan tersebut.
- sebagai bagian pada sel-sel tanaman.

Makro tanah yang didapatkan pada plot pertama(di bawah vegetasi) adalah tiga semut hitam besar dan empat semut merah. Sehingga dapat dikatakan makrofauna tanah yang mendominasi adalah semut merah. Semut merah dan semut hitam terdapat pada family yang sama yaitu Famili Formicidae. Family formicidae dapat menjadi hama tanaman, malahan di beberapa tempat dapat menyebabakan gundulnya kawasan di sekeliling sarang. Namun dapat menyebabkan tingginya unsur hara di sekeliling sarang semut, karena semut menyebabkan tanah-tanah di kawasan menjadi lebih gelap dan lebih banyak liat. Hal ini terkait dengan translokasi jaringan organic oleh semut ke dalam tanah, yang kemudian dikonsumsi oleh jamur. Jamur merupakan makanan semut.(Kemas Ali,2003)
Pada plot kedua ditemukan 29 makro fauna tanah, yang terdiri dari 9 semut hitam besar, 1 belalang, 2 jangkrik, 13 kepik, 1 lalat dan 3 copet. Hal ini menunjukan pada plot kedua ditempati oleh bermacam-macam dari family Insecta dengan didominasi oleh kepik. Tarumingkeng (2000), menyebutkan bahwa serangga sosial (jenis-jenis semut, lebah dan rayap), dalam siklus energi memiliki peran sampai 4 kali lipat bila dibandingkan dengan jenis-jenis vertebrat (Rahmawati,2004).
Pada plot ketiga dtemukan 3 jenis semut(family formicidae) yaitu semut hitam besar,semut hitam kecil dan semut merah dengan jumlah masing-masing 1, 2 dan 4 dengan demikian yang mendominasi tempat terbuka adalah semut merah.
Plot pertama, kedua dan ketiga memiliki jenis tanah yang berbeda-beda. Tanah adalah lapisan yang terlapuk dari kerak bumi di mana organisme dengan produk-produknya berbaur.komponen tanah terdiri dari yang berlainan. Pertama, adalah materi dari bahan induk yang berkembang dari substratum batuan geologic tubuh bumi dibawahnya. Kedua, bahan-bahan organic mati dan masih hidup dari ragam populadi di dalam dan di atas tanah. Ketiga, ialah pori-pori,ruang udara atau cairan diantara butir tanah yang merupakan larutan cair tanah dan atmosfer tanah.(sambas,2003)
Dari perhitungan yang didapatkan, indeks dominan pada perbandingan plot1,2 dan3 adalah plot 1 dengan indeks 0.509. indeks dominan pada plot 2 dan 3 adalah 0.3144 dan 0.427. indeks dominan didapatkan bukan karena jumlas spesies yang banyak, tetapi dari keragaman spesies yang ada di suatu tempat walaupun jumlahnya kecil.
Indek persamaan yang dibandingkan antara plot 1 dengan 2, plot 1 dan 3 dan plot 2 dan 3 masing-masing adalah 0.25, 0.44 dan 0.4. dan indeks ketidaksamaan pada plot1,2 dan 3 adalah 0.75, 0.44 dan 0.4. hasil ini berarti antara plot 1 dan3 memiliki kesamaan makro fauna tanah yang tinggi di banding plot lainnya. Dan pada plot kedua, memiliki ketidaksamaan makro fauna tanah yang besar di banding tempat lainnya.
Indeks sanon yang di dapatkan pada plot 1,2 dan3 masing-masing adalah 0.2959, 0.5952, dan 0.4145. Serta hasil yang di dapatkan dari indeks evennens masimg-masing adalah 0.982, 0.764 dan 0.868.

V. Penutup
V.1 Kesimpulan
• Minyak digunakan untuk mendatangkan makro fauna tanah di sekitar tempat pengamatan dengan bau yang dihasilkan.
• Pada suhu terlalu tinggi, kandungan air tanah menjadi berkurang sehingga jumlah makro fauna tanah akan sedikit dibanding pada tempat dengan suhu yang tidak tinggi
• makrofauna tanah yang mendominasi plot pertama (di bawah vegetasi) adalah semut merah.
• plot kedua ditempati oleh bermacam-macam dari family Insecta dengan didominasi oleh kepik
• mendominasi tempat terbuka adalah semut merah.
• indeks dominan didapatkan bukan karena jumlas spesies yang banyak, tetapi dari keragaman spesies yang ada di suatu tempat walaupun jumlahnya kecil
V.2 Saran
Menambah tempat yang lebih memadai

Daftar Pustaka

Biologi Tanah.http:elisa.Ugm.ac.id/filles/cahyonoagus/2jxcfyxq/biologi%20tanah.ppt
Di ambil: Tanggal12 april 2008 jam 16.00
Hanafiah, Kemas Ali. 2003. Biologi Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Harjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademi Pressindo
Minyak Tanah. http: wikipedia/minyak bumi.
Rahmawati .2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan Wisata Alam Sibolangit. http: library.usu.ac.id/dounloud/fp/hutan-rahmawati.d
Waluyo,Lud.2005.Mikro Biologi Lingkungan. Malang:UMM-Press
Wirakusumah,Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta : UIP

Tidak ada komentar: